Franz Beckenbauer


Franz Beckenbauer, tidak diragukan lagi merupakan salah satu pemain dan manajer sepakbola terhebat di muka bumi ini. Dia menjadi orang pertama sejagat yang mampu merebut Piala Dunia baik sebagai pemain maupun sebagai manajer (pelatih).
Perannya sebagai seorang libero yang mampu tampil sebagai penyerang membuat Jerman Barat (saat itu) yang dikapteninya merebut gelar juara dunia pada ajang Piala Dunia 1974 dengan mengalahkan tim favorit, Belanda yang terkenal dengan total football-nya.
Prestasi juara dunia itu diulangi Der Kaiser, julukan yang diberikan publik Jerman, saat dirinya menukangi Lothar Matthaeus dkk di Piala Dunia 1990 yang berlangsung di Italia, dengan mengalahkan Argentina yang diperkuat oleh superstar saat itu, Diego Armando Maradona.

Otak Kesuksesan Jerman
Pemain kelahiran Munich, 11 September 1945 ini memulai karirnya sebagai pesepakbola tatkala Beckenbauer berumur 9 tahun dan bergabung dengan tim junior SC Muenchen 06, sebelum akhirnya bergabung dengan FC Bayern Muenchen pada tahun 1958. Perlu enam tahun bagi Beckenbauer untuk memulai debutnya bersama Muenchen. Saat itu ia tampil sebagai sayap kiri menghadapi FC St. Pauli, 6 Juni 1964.
Tepat ketika berusia 20 tahun Beckenbauer memulai debutnya bersama timnas Jerman Barat pada 26 September 1965 dan bermain dalam tiga pertandingan Piala Dunia 1966. Debutnya yang pertama di ajang Piala Dunia ditandai dengan kesuksesannya mencetak dua gol dari lima gol kemenangan Jerman atas Swiss. Meski akhirnya Jerman Barat harus mengakui keunggulan tuan rumah Inggris di babak final, Beckenbauer tidak merasa kecewa. "Menjadi runner-up Piala Dunia tidaklah terlalu jelek bagi seorang pemain muda," katanya kepada FIFAworldcup.com.
Penampilan Beckenbauer semakin fenomenal di ajang Piala Dunia berikutnya yang berlangsung di Meksiko. Ketika itu, dengan bahu yang dibalut, Beckenbauer tetap tampil membela Jerman Barat yang akhirnya gagal di babak semifinal, dikalahkan Italia 3-4. Beckenbauer pun mempunyai kenangan tersendiri tentang ajang Piala Dunia 1970 tersebut. "Turnamen yang sangat hebat. Para pendukung yang datang ke stadion sangat fanatik, tapi tingkat keamanannya tidaklah seketat zaman sekarang. Hanya ada seorang polisi," katanya.
Mengalahkan Salah Satu Tim Terbaik Sepanjang Masa
Tahun 1974 adalah puncak kesuksesan seorang Franz Beckenbauer. Tampil dengan memperkenalkan posisi baru yang dianggap revolusioner saat itu, seorang libero yang berdiri di belakang barisan pertahanan, organisator tim saat sedang diserang dan juga turut naik ke depan ketika tim melakukan penyerangan. Itulah ciri khas dan karakter alami seorang Beckenbauer.
Ajang Piala Dunia 1974 merupakan turnamen ekstraspesial bagi Beckenbauer dan rekan setimnya. Pasalnya, dari sejak awal turnamen, publik Jerman Barat hanya menginginkan satu hasil: kemenangan. "Menjadi tuan rumah berarti siap menyandang beban dua kali lipat," kata Der Kaisar.
Kemenangan 2-1 atas Belanda di babak final membuat Jerman Barat berhasil menjuarai Piala Dunia untuk kedua kalinya. Beckenbauer pun menjadi orang pertama yang mengangkat tropi FIFA untuk pertama kalinya setelah piala sebelumnya, Jules Rimet, menjadi milik Brasil yang telah tiga kali menjadi juara dunia, 1958, 1962 dan 1970.
Setelah mengantarkan Bayern Muenchen meraih juara Champions tiga kali berturut-turut, 1974, 1975 dan 1976, Beckenbauer hijrah ke AS dan bergabung dengan New York Cosmos. Saat itu, Beckenbauer berharap, selain mendapat penghasilan yang cukup, juga akan mendapat tantangan baru selama berkiprah di liga profesional AS. Tapi, ternyata, keputusannya itu keliru. Permainannya kian tak berkembang dan Beckenbauer pun tidak dilirik lagi oleh tim nasional Jerman Barat. Tapi, rekornya 103 kali tampil memperkuat timnas merupakan rekor baru bagi seorang pemain Jerman yang dapat menerobos angka 'magis', 100.
Sukses Sebagai Manajer
Kepindahan Beckenbauer ke luar negeri dan melintas benua itu mengakhiri karir internasionalnya. Pada tahun 1982, dia pulang kampung dan bermain selama satu musim bersama Hamburg ketika berusia 35 tahun. Akhirnya, setahun kemudian Kaisar memutuskan untuk pensiun dari lapangan hijau.
Tak lama dunia sepakbola ditinggalkan Beckenbauer. Setahun berikutnya, menyusul kegagalan Jupp Derwall mengarsiteki Jerman Barat dalam Piala Eropa 1984, Beckenbauer mendapat job sebagai manajer tim nasional.
Dua tahun kemudian Beckenbauer mampu mengembalikan nama Jerman Barat di kancah sepakbola dunia. Babak final Piala Dunia 1986 di Meksiko antara Jerman Barat melawan Argentina saat itu merupakan salah satu babak final yang terbaik sepanjang era sepakbola modern. Bertanding di bawah terik matahari yang amat sangat, Karl-Heinz Rumennigge dkk mampu mengimbangi kepiawaian Diego Maradona cs. Hanya kelengahan enam menit menjelang bubaran yang membuat Jerman Barat dan Beckenbauer akhirnya harus takluk di tangan Argentina.
Empat tahun kemudian di Piala Dunia 1990 yang berlangsung di Italia, Beckenbauer dan pasukannya tidak mengulangi kesalahan. Tercatat beberapa momen penting yang merupakan cikal bakal suksesnya Matthaeus dkk. Momen pertama, saat mereka berhadapan dengan musuh bebuyutan Belanda di babak 16 besar. Jerman yang dua tahun sebelumnya di kandang sendiri ditaklukkan Marco van Basten dkk di semifinal Piala Eropa 1988, mampu membalas kekalahan. Gol kedua Jerman Barat yang dicetak Andreas Brehme ke gawang Hans van Breukelen merupakan salah satu gol terindah sepanjang turnamen. Partai itu pun dikenang sebagai partai penuh intrik 'penuh ludah' dengan dikeluarkannya dua orang pemain, masing-masing Rudi Voeller dan Frank Rijkaard.
Momen penting lainnya saat babak semifinal, Jerman Barat berhadapan dengan salah satu tim favorit juara, Paul Gascoigne dkk dari Inggris. Inilah partai terbaik sepanjang turnamen. Setelah menghabiskan 120 menit pertandingan, Matthaeus dkk akhirnya lolos dari lubang jarum, unggul lewat tendangan adu penalti.
Final antara Jerman Barat melawan Argentina merupakan final terburuk sepanjang masa. Permainan berjalan tidak seimbang, karena Argentina tidak diperkuat salah satu pemain andalannya, Claudio Caniggia. Gol yang tercipta hanya satu, itu pun lewat tendangan penalti yang kontroversial. Meski demikian, PD 1990 merupakan puncak keberhasilan Beckenbauer: setelah mampu tampil sebagai pemain juga mampu merebut gelar Piala Dunia sebagai manajer.
Setelah lengser dari timnas, Beckenbauer menjadi presiden klub Bayer Muenchen sampai 1998, ketika dia dipilih sebagai Wakil Presiden Federasi Sepakbola Jerman. Kini, Beckenbauer memangku tugas yang sangat berat di turnamen Piala Dunia 2006, yaitu sebagai Ketua Komite Organisasi.

Karir Pemain
Internasional:
103 caps (50 kali sebagai kapten tim), 14 gol
Runner-up PD 1966
Juara ketiga PD 1970
Juara PD 1974
Juara European Championship 1972
Klub:
1954 - 1958 SC Muenchen 06
1958 - 1977 FC Bayern Munich
1977 - 1980, 1983 New York Cosmos
1980 - 1982 Hamburg SV
Prestasi Klub:
1969, 1972, 1973, 1974, 1982, Juara Liga Jerman
1966, 1967, 1969, 1971, Juara Piala Jerman
1974, 1975, 1976, Juara Champion Eropa
1967, Juara European Cup Winners Cup
1977, 1978, 1980, Juara NASL (AS)
424 partai di Bundesliga, 44 gol
78 partai Eropa, 6 gol
Karir Manajer
Klub:
1990-1991, Olympique Marseille
1994, 1996, Bayern Munchen

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar