Tampilkan postingan dengan label Tim Nasional Jerman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tim Nasional Jerman. Tampilkan semua postingan

Prediksi Gurita Paul


Kehebatan prediksi Paul si gurita kembali terbukti. Ramalan Paul kalau Jerman bisa mengalahkan Argentina di perempat final Piala Dunia menjadi kenyataan.

Paul meramalkan pemenang partai ini pada hari Selasa 29 Juni 2010 atau empat hari sebelum Jerman dan Argentina bertemu di Cape Town. Saat itu Paul dihadapkan pada dua kotak kaca. Satu kotak berisi bendera Jerman, dan kotak yang lain berisi bendera Argentina.

Dari dua kotak yang ditenggelamkan ke dalam rumah Paul, sebuah akuarium di Sea Life, Oberhausen, Jerman, Paul memilih untuk mendekati kotak dengan bendera nasional Jerman dan naik ke atasnya.

Menurut petugas yang merawat Paul, perilaku gurita berusia dua tahun tersebut dianggap sebagai suatu ramalan kalau Jerman akan menang. Kenyataannya Jerman memang menang dengan skor telak 4-0.

Sebelumnya, gurita delapan tentakel ini dengan tepat meramalkan Jerman akan mengalahkan Ghana dan Australia dalam kualifikasi Grup D. Paul juga tepat meramalkan bahwa Jerman akan kalah dari Serbia.


Dan meski Paul lahir di Inggris, dia meramalkan Jerman yang akan menghempaskan tim tanah airnya sendiri dalam babak 16 besar pada Minggu lalu. Ramalan tersebut terbukti benar. Dalam pertandingan tersebut, Jerman mengalahkan Inggris dengan skor 4-1. Kini menarik ditunggu bagaimana prediksi Paul untuk pertandingan semi final Jerman melawan Spanyol.

Sumber : VIVAnews


Read More..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kanselir Jerman Angela Merkel Berdebar Lihat Gol -Gol Jerman


Kanselir Jerman Angela Merkel ikut menonton langsung laga perempat final antara Jerman kontra Argentina semalam di Stadion Cape Town. Kehadiran Merkel di tribun penonton langsung menjadi motivasi tambahan bagi Der Panzer.

Jerman yang menang telak 4-0 atas Argentina benar-benar membuat Merkel kagum. Bahkan, Merkel mengaku sempat gemetar melihat penampilan skuat Joachim Loew saat mencetak gol.

Usai pertandingan, Merkel langsung menghampiri para pemain Jerman di ruang ganti. Thomas Mueller yang mencetak gol pertama Jerman di menit ketiga menyatakan, ia tak menyangka dikunjungi oleh Merkel di ruang ganti untuk mengatakan bahwa pertandingan berlangsung mengagumkan.

“Dia mengatakan bahwa dia gemetar sangking gembiranya. Setelah gol kedua dan ketiga yang kami buat, dia berkata ketegangannya mulai mengendur dan ia merasa santai. Ia kemudian menoleh kepada Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma yang duduk tepat di sebelahnya, dan mengatakan bahwa Jerman akan menang,” kata Mueller seperti dilansir Earth Times.

Merkel menyebut kemenangan tersebut sungguh luar biasa dan seperti mimpi. Kepada ZDF Television, Merkel menyatakan bahwa Jerman telah melakukan sesuatu yang menakjubkan. “Luar biasa. Ini adalah mimpi. Mereka adalah tim muda, tapi mereka bermain sangat bagus. Mereka tidak banyak memberi ruang kepada Argentina selama jalannya pertandingan,” ujar Merkel.


Merkel terlihat loncat dengan gembira ketika gol-gol dari Miroslav Klose, Mueller, dan Anne Friedrich merobek jala Argentina. “Dari layar raksasa di stadion, kami melihatnya loncat dengan antusias ketika kami mencetak gol. Hal itu sangat berarti bagi para pemain, terutama pemain-pemain yang lebih muda,” jelas Kapten Jerman Philip Lahm.

Lahm menambahkan, skuadnya telah mengetahui sebelum pertandingan dimulai bahwa Merkel akan ikut menyaksikan pertandingan secara langsung di stadion. “Dia adalah kanselir yang dekat dengan rakyatnya. Dia selalu menunjukkan kepedulian kepada timnas. Kami senang dapat memenangkan pertandingan yang ia tonton,” tutup Lahm.

Sumber : VIVAnews

Read More..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Seorang Ballboy Yang Mempermalukan Maradona


Suatu waktu, Diego Maradona pernah mengira Thomas Mueller hanyalah seorang ballboy. Kalau sampai saat ini Maradona masih mengira demikian, berarti Mueller adalah ballboy yang telah mempermalukannya.
Cerita mengenai Maradona dan Mueller si ballboy bermula empat bulan silam, saat Argentina dan Jerman bertemu pada laga friendly di Berlin. Usai laga yang dimenangi ‘Tango’ dengan skor 1-0 itu, Maradona menolak menghadiri jumpa pers karena melihat Mueller duduk di kursi depan.
Saat itu Maradona mengira Mueller, yang baru saja melakoni debutnya bersama Der Panzer, adalah hanya sekedar bocah pemungut bola. Seketika itu juga Mueller meninggalkan panggung tempat konferensi pers itu dan membiarkan Maradona sendiri meladeni pertanyaan wartawan.
Tapi, Mueller bukan sembarang ballboy. Prestasinya bersama Bayern Munich musim lalu berbicara banyak. “Kini aku telah punya dua titel dan bermain di Liga Champions dengan Bayern. Jadi beberapa hal sudah berubah,” ujarnya.
Pun demikian di Piala Dunia kali ini. Pemain berusia 20 tahun itu selalu bermain di lima pertandingan Jerman sejauh ini. Secara total, ia bermain selama 383 menit, mencetak empat gol dan menyumbangkan tiga buah assist.
Koleksi gol teranyar Mueller hadir pada laga melawan Argentina. Memanfaatkan tendangan bebas Bastian Schweinsteiger, ia menyundul bola dan merobek jala Sergio Romero.


Mungkin, Maradona tak menyangka, pemain yang dulu dia sangka sebagai ballboy bakal membobol jala skuadnya, dan menjadi awal dari lahirnya tiga gol yang lain.
Tak salah jika kemudian komentator di televisi berseru, “Inilah Mueller, ballboy yang mempermalukan Maradona.”

Sumber : Sepakbola.com
Read More..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ironi Sejarah


Sejarah berulang, juga dalam dunia sepak bola. Pada 44 tahun lalu dalam pertandingan final Piala Dunia 1966, Inggris melawan Jerman, terjadilah peristiwa Wembley. Dan sekarang di Piala Dunia 2010 terjadilah peristiwa yang mirip Wembley, di Bloemfontein.
Waktu itu di Wembley, gol Geoff Hurst disahkan oleh wasit, padahal bola tidak jatuh di belakang garis gawang Jerman. Sekarang di Bloemfontein, bola tendangan Frank Lampard, yang jelas sudah jatuh di belakang gawang Jerman, tidak dianggap gol baik oleh wasit Jorge Larrionda maupun hakim garis Mauricio Espinosa.
Andaikan bola Hurst di Wembley, yang memang bukan gol itu tidak diakui oleh wasit sebagai gol, mungkin saja Jerman menjadi juara dunia. Dan andaikan bola Lampard yang memang gol itu diakui oleh wasit sebagai gol, mungkin saja Inggris berpeluang memukul Jerman. Namun, apa mau dikata, sejarah menghendaki Wembley menjelma menjadi Bloemfontein.
”Setelah skor menjadi 1-2, kami bermain dengan baik. Sangat penting bagi kami, gol kedua itu diakui. Kedudukan akan menjadi 2-2. Memang kami membuat kesalahan. Namun, wasit telah membuat kesalahan yang jauh lebih besar,” kata Fabio Capello. David Beckham juga ikut geregetan dan memaki wasit, ”Kamu sungguh memalukan.”
Pihak Jerman pun fair mengakui bahwa bola Lampard itu gol. Kata kiper Manuel Neuer, ”Saya hanya memandang bola tendangan Lampard, meraihnya lalu melemparnya ke depan. Kalau saya menoleh ke kiri dan ke kanan, wasit mungkin akan berpikir lain. Mungkin saya ikut andil untuk membuat gol itu menjadi bukan gol.”
”Bola memang di belakang garis gawang. Seharusnya itu diputuskan sebagai gol,” kata Joachim Loew. ”Tak ada yang lebih jelas daripada itu. Bola toh jatuh hampir setengah meter di belakang garis gawang. Hakim garis mestinya melihat itu,” kata Franz Beckenbauer.
Beckenbauer menyebut peristiwa di Bloemfontein itu ”ironi sejarah”. ”Untunglah Jerman masih sempat membuat dua gol lagi. Tambahan dua gol ini tentu bisa mengurangi sengitnya perdebatan selanjutnya,” kata Beckenbauer. Namun, lain lagi kata Wolfgang Overath (66), veteran Jerman, yang mengalami sakitnya terpental di final Piala Dunia 1966 karena gol Wembley yang sebenarnya tidak pernah ada itu.
”Dengan peristiwa di Bloemfontein itu, orang melihat bahwa masih ada keadilan dan bahwa masih ada pula Tuhan di langit atas, yang akhirnya membalas semuanya. Juga bila itu semua harus kita nanti dengan demikian


lama. Dengan begitu, perkara Wembley akan dilupakan walau bagi kami, sebenarnya terjadi hal yang lebih jelek karena kemalangan itu menimpa kami justru di pertandingan final,” kata Overath.
”Gol” Bloemfontein adalah gol Wembley yang terulang. Memang dalam sejarah bola kerap terulang peristiwa yang lama. Sejarah bola tidak selalu baru, persis seperti apa yang terjadi dalam sejarah manusia sendiri. Benarlah kata-kata Kitab Pengkhotbah: Apa yang akan ada, akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat, akan dibuat lagi: Nihil sub sole novum (Tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari).
Justru karena dalam bola bisa terjadi ketidakadilan yang terulang, bola menjadi bagian dari sejarah. ”Seandainya wasit melihat bola Lampard itu masuk….” Bagi orang Inggris, kata ”seandainya” itu akan selalu menjadi ”seandainya”, seperti bagi orang Jerman yang selalu bilang, ”seandainya bola Geoff Hurst itu tak dianggap gol”. Kata ”seandainya” itu akan terus diingat, berulang-ulang dibicarakan, menjadi abadi, dan menjadi bagian dari mitos bola. Itulah sebabnya tragika bola juga menjadi bagian dari tragika sejarah manusia.
Namun, janganlah orang berspekulasi dengan kata ”seandainya”. Orang harus berani menengok pertandingannya sendiri. Dan di sini harus diakui bahwa menghadapi Jerman, Inggris memang kalah di segala lini. Pemain Jerman rata-rata muda.
Delapan dari mereka berusia di bawah 26 tahun. Ternyata pemain-pemain muda Jerman bisa membuat kedodoran pemain-pemain Inggris yang jauh lebih berpengalaman karena usia mereka yang lebih tua.
Pertahanan John Terry, Ashley Cole, dan Matthew Upson dipermainkan dengan mudah oleh Lukas Podolski, Mesut Oezil, dan Thomas Mueller. Menjelang Piala Dunia 2010, Wayne Rooney ditimang-timang menjadi salah seorang bintang, yang akan bersaing dengan Messi, Ronaldo, dan Kaka. Ternyata Rooney bermain dengan amat merana dan tak berhasil menemukan format permainannya.
Sesungguhnya Inggris sangat yakin bahwa dalam Piala Dunia 2010 ini mereka bakal merajut prestasi. Maklum, pasukan Inggris di bawah Capello kali ini dianggap sebagai the golden generation yang pernah dimiliki Inggris. Rasanya generasi emas ini bakal tak bermain lagi di kesempatan berikutnya.
Maklum, pemain-pemain hebat generasi emas ini sudah dimakan usia. Steven Gerrard berumur 30, Frank Lampard dan Rio Ferdinand berusia 32 tahun. Belum lagi Beckham, 35 tahun. Selama 12 tahun lamanya, generasi emas ini tak memberi prestasi apa pun jua bagi Inggris.
Ironisnya, Inggris adalah negara di mana pertandingan-pertandingan liganya dikenal paling tersohor, paling hebat, dan paling gegap gempita.

Sumber : Kompas/Shindunata
Read More..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Strategi Loew Jerman Libas Inggris


Kemenangan Jerman kontra Inggris dengan skor 4-1 tidak lepas dari strategi brilian pelatih Joachim Loew. Pelatih berusia 50 tahun itu rupanya tahu betul kelemahan Inggris yang menyebabkan skuat Fabio Capello kalah telak.

Sejak unggul 2-1 pada babak pertama, Loew melihat Inggris bermain terbuka sebelum turun minum. Karena itu, ia yakin pada babak kedua Inggris akan tampil terbuka untuk menekan Jerman.

Terbukti, pada 45 menit berikutnya Inggris tampil menekan. Situasi itu langsung dimanfaatkan Loew untuk bertahan dan lebih memanfaatkan serangan balik.

Strategi Loew ternyata benar. Hal itu berbuah dua gol Thomas Muller lewat skema serangan balik pada babak kedua.

"Saya berbicara kepada pemain saya pada saat turun minum, kami harus mencetak gol ketiga lewat serangan balik. Sebab, kami melihat Inggris akan bermain terbuka," kata Loew.

Sementara penyerang Miroslav Klose, merasa senang dirinya telah mencetak gol pertama bagi Jerman. Menurutnya, Jerman tampil lebih agresif dibandingkan saat melawan Ghana.

"Kami selalu mengatakan bahwa target kami setidaknya adalah semi final. Saya yakin Jerman bisa," ujarnya optimis.

SUmber : Viva News


Read More..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tim Nasional Jerman


Tim nasional sepak bola Jerman adalah tim yang mewakil Jerman dalam kejuaraan sepak bola internasional. Jerman memiliki catatan yang sangat mengesankan dalam setiap penyelenggaraan Piala Dunia. Catatan prestasi 3 kali juara dunia, hanya dikalahkan tim Brasil. Selain itu tim nasional sepak bola Jerman Timur juga pernah memenangkan Olimpiade.
Pelatih tim Jerman sekarang ini adalah Joachim Loew. Loew, yang menggantikan Juergen Klinsmann yang mengundurkan diri setelah kegagalan di Piala Dunia 2006 di Jerman, memadukan antara pemain muda dan senior di kubu Jerman, sehingga ia memainkan Oliver Kahn, Jens Lehmann dan Michael Ballack yang berpengalaman sekaligus dengan sejumlah pendatang baru di tim nasional Jerman, seperti Philipp Lahm, Lukas Podolski, atau Bastian Schweinsteiger


Spesialis turnamen
Tim Jerman dikenal sebagai kesebelasan spesialis turnamen. Tim ini dinilai memiliki napas panjang yang sangat dibutuhkan sebuah kesebelasan dalam keikutsertaan dalam kejuaraan yang berlangsung lama. Kerap, di awal turnamen, tim Jerman belum menunjukkan kemampuan terbaiknya. Namun, setelah dua-tiga pertandingan, tim ini menjadi sangat hebat dan menakutkan lawan-lawannya. Itulah sebabnya, tim ini juga sering dijuluki mesin diesel, yang lambat panasnya.
Selain itu, tim Jerman juga dikenal dengan semangat juangnya yang pantang menyerah serta kekompakan timnya. Dalam setiap pertandingan yang dihadapinya, tim Jerman tak akan pernah menyerah sebelum peluit panjang berbunyi. Kerap pasukan Jerman ini mampu membalikkan keadaan di menit-menit terakhir. Pernah di 1994, di Amerika Serikat, mereka tertinggal lebih dulu dari Korea Selatan 0-2, tetapi di akhir pertandingan mereka justru memukul balik 3-2. Sedangkan kekompakan tim mereka juga sulit ditandingi kesebelasan lain.
Piala Dunia
Sepanjang penyelenggaraan Piala Dunia, tim Jerman hampir mengikuti semuanya, kecuali pada tahun 1930 dan 1950. Karena prestasi Jerman dalam setiap Piala Dunia maka muncul ungkapan "Deutschland über alles in der Welt" atau "Jerman di atas segala-galanya di Dunia".
Jerman sudah tampil di putaran final 16 kali, yaitu tahun 1934, 1938, 1954, 1958, 1962, 1966, 1970, 1974, 1978, 1982, 1986, 1990, 1994, 1998, 2002, dan 2006, Jerman bertindak sebagai tuan rumah. Prestasi terbaik mereka adalah saat menjadi juara pada Piala Dunia 1954, 1974, dan 1990.
Jerman telah meraih gelar juara pada 1954, 1974, dan 1990. Jerman juga sempat maju ke babak final pada 1966 (dikalahkan Inggris 2-4), 1982 (dikalahkan Italia 1-3), 1986 (dikalahkan Argentina 2-3), dan 2002 (ditundukkan Brasil 0-2).
Gelar juara ketiga diraih Jerman pada 1934 dan 1970. Pada 1934, gelar itu diperoleh Jerman lewat kemenangan atas Austria dengan skors 3-2 ketika kejuaraan akbar ini diselenggarakan di Italia. Di Meksiko, 1970, Jerman menang tipis 1-0 dari Uruguay di perebutan tempat ketiga. Sedangkan pada tahun 2006, di Jerman, Jerman kembali meraih juara ketiga setelah mengalahkan Portugal 3-1.
Gelar juara keempat mereka peroleh tahun 1958. Posisi itu diperoleh setelah mereka dikalahkan Prancis 3-6 dalam perebutan posisi ketiga, saat kejuaraan itu diadakan di Swedia.
Di tahun 1938, Jerman tidak mampu lolos dari babak penyisihan. Sedangkan pada 1978, mereka hanya sampai putaran kedua. Sementara pada 1962, 1994, dan 1998, Jerman terhenti di perempat final.
1954
Mereka pertama kali meraih gelar dengan mengalahkan Hongaria di babak final di tahun 1954 yang berlangsung di Bern, Swiss, kala Jerman masih diperkuat nama-nama seperti Fritz Walter dan Helmut Rahn. Jerman menjadi juara setelah menundukkan Hongaria 3-2.
1974
Gelar juara dunia mereka yang banyak dikenang penggemar sepak bola sejagat adalah yang diraih pada 1974 di Jerman. Kala itu, dengan diperkuat nama-nama pemain legendaris sang "Kaisar" Franz Beckenbauer, Paul Breitner, dan Gerd Muller, mereka mengalahkan Belanda yang sedang memukau dunia dengan sepak bola total dengan bintangnya Johan Cruyff dan Johan Neeskens. Di kandang sendiri, Jerman menang 2-1 atas Belanda.
1990
Gelar ketiga pada 1990, di Italia, diraih ketika tim Jerman diasuh oleh Beckenbauer. Tim yang dipimpin kapten Lothar Matthäus ini mengalahkan Argentina di final dengan satu gol penalti yang dicetak Andreas Brehme di menit-menit akhir.
2002
Pada 2002, Jerman ditangani Rudi Völler. Menjadi juara kedua setelah dikalahkan Brasil, 1-2, di final.
2006
Sebagai tuan rumah, Jerman langsung lolos ke putaran final 2006. Sungguh suatu prestasi menjadi Juara ke-3, karena di pertandingan uji coba Jerman sangat tidak meyakinkan untuk tampil sebagi Tim yang layak tampil di Piala Dunia.
Piala Eropa
Di kawasan Eropa, tim Jerman adalah juga tim papan atas. Mereka meraih tiga kali gelar Piala Eropa, yakni di tahun 1972, 1980, dan 1996.

Sumber : http://id.wikipedia.org
Read More..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS